Kopi di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Dimulai dari pengiriman bibit kopi Arabica oleh Gubernur Belanda di Malabar (pantai barat India) ke Gubernur Belanda di Batavia sekitar tahun 1696. Pengiriman bibit kopi ini dilatarbelakangi oleh sistem yang dibuat Belanda untuk memaksimalkan hasil pertanian yaitu sistem Cultuurstelsel atau tanam paksa
Sial ternyata biji kopi yang dikirimkan pertama hilang karena banjir di Batavia (ternyata Jakarta mempunyai potensi banjir sejak dulu :D ), dan dilakukan pengiriman kedua tahun 1699. Biji kopi lalu ditanam di sekitar Batavia, Bogor, dan sekitaran Jawa Barat.
cultuur stelsel yang diterapkan VOC
Sistem tanam paksa ini ternyata menguntungkan komisi dagang Belanda yaitu VOC (lawas banget..). Ekspor tanaman kopi ke negara-negara Eropa mencapai 60ton/tahun, dengan harga 3 gulden atau sekitar beberapa ratus USD per kilo! itu baru kopi, belum rempah-rempah semacam lada, pala, cengkeh dan kawan-kawannya. Tentu ini sangat menguntungkan VOC secara khusus. Tapi tidak dengan petani Indonesia, tanaman mereka dihargai murah, bahkan tidak dibayar oleh VOC. Karena uang penjualan tanaman mentah oleh petani Indonesia tersebut dianggap pembayaran pajak ke pemerintah Belanda.
Kapal-kapal VOC
Melihat potensi tersebut, VOC melebarkan area penanaman ke daerah-daerah di Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor. Di Sumatera kopi ditanam di dataran tinggi Sumatera Utara dekat Danau Toba tahun 1888, Di Aceh ditanam di dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah) tahun 1924. Sistem cultuur stelsel dilakukan hingga tahun 1870, meskipun masih diterapkan di luar Jawa hingga tahun 1915. Sebagai informasi, ternyata Indonesia adalah satu-satunyu tempat penanaman kopi di luar negara-negara Arabia dan Ethiopia pada sekitaran tahun 1725-1780.
perkebunan kopi di Sumatera Utara
tanaman kopi
Di akhir abad ke-18, harga kopi merosot dari 3 gulden/kg menjadi 0,6 gulden/kg. Penurunan ini dikarenakan hama karat daun yang menyerang kulitvar typica (bibit kopi arabica yang dibawa Belanda pertama kali) di hampir seluruh Indonesia (masih dapat ditemui kultivar typica di daerah Bergandal dan Sidikalang di Sumatera Utara). Setelah serangan hama tersebut, Kopi robusta dikenalkan untuk menggantikan kopi arabica. Kopi robusta yang tahan hama ini ditanam pertama di sekitaran Jawa Timur di tahun 1900.(mungkin hal inilah yang menyebabkan kopi robusta lebih murah dari kopi arabica)
Penurunan harga ini membuat kopi lebih dikenal. Karena dulu kopi hanya dinikmati kaum elit (karena faktor harga) dan sekarang menyebar ke orang-orang biasa setelah penurunan harga.
contoh mata uang gulden
mata uang gulden yang dibuat VOC
Tahun 1920 petani di seluruh Indonesia mulai menanam kopi sebagai hasil bumi yang diperdagangkan. Perkebunan-perkebunan di Jawa dinasionalisasikan pada hari kemerdekaan dan diperbaharui oleh variasi-variasi baru dari Kopi Arabika pada tahun 1950. Dan sekarang lebih dari 90% kopi arabica di Indonesia dihasilkan di Sumatera Utara, di luar daerah itu kebanyakan menghasilkan kopi robusta.
sumber : wikipedia.com , berbagai macam bacaan
No comments:
Post a Comment